TUGAS 2 ILMU BUDAYA DASAR
Nama
: Rinda Viananda Zalikha
Kelas
:
1KA23
Npm
:
1B116003
Dosen :
Junaedi Abdillah
TUGAS : MINGGU KE 2 ( Manusia dan Kebudayaan)
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Manusia
dan Kebudayaan
·
Minggu ke 2:
1.
Manusia
2.
Hakekat Manusia
3.
Kepribadian Bangsa Timur
4.
Pengertian kebudayaan
5.
Unsur-unsur kebudayaan
6.
Wujud kebudayaan
7.
Orientasi Nilai Budaya
8.
Perubahan Kebudayaan
9.
Kaitan Manusia dan kebudayaan
1.1.
Manusia
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan
yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk
Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan
melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari
dan juga dari kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Namun siapakah manusia itu sebenarnya? Manusia di
dunia ini memegang peranan yang unik dan dapat di pandang dalam beberapa segi.
Misalnya, manusia di pandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom yang
membentuk jaringan-jaringan system (ilmu kimia). Manusia merupakan makhluk
biologis yang tergolong dalam golongan mamalia (ilmu biologi). Manusia sebagai
makhluk social yang tidak dapat berdiri sendiri (ilmu sosiologi) dan lain
sebagainya.
Dari beberapa definisi di atas, tentu membuat kita
sulit untuk menjawab pertanyaan tentang manusia, oleh karena itu kita akan
menerangkan siapa itu manusia berdasarkan unsur-unsur yang membangunnya.
Ada dua macam pandangan yang akan menjadi acuan untuk
menjelaskan unsur-unsur yang membangun manusia.
1. Manusia terdiri
dari empat unsur yang saling terkait, yaitu:
a.
Jasad : badan kasar manusia yang dapat kita
lihat, raba bahkan di foto dan menempati ruang dan waktu.
b.
Hayat :
mengandung unsur hidup, yang di tandai dengan gerak.
c.
Ruh :
bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami
kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat
lahirnya kebudayaan.
d.
Nafs : dalam
pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran akan diri sendiri.( Asy’arie,
1992 hal: 62-84).
2. Manusia sebagai satu kepribadian yang mengandung tiga
unsur, yaitu:
a. Id, merupakan
struktur kepribadian yang paling primitive dan paling tidak tampak. Id
merupakan energi psikis yang irrasional dan terkait dengan sex yang secara
instingtual menentukan proses-proses ketidaksadaran (unconcius). Id diatur oleh
kesenangan yang harus di penuhi,baik secara langsung melalui pengalaman seksual
atau tidak langsung melalui mimpi atau khayalan.
b. Ego, sering disebut “eksekutif” karena peranannya
dalam menghubungkan kepuasan Id dengan saluran sosial agar dapat di terima oleh
masyarakat. Ego diatur oleh prinsip realitas dan mulai berkembang pada anak
antara usia satu dan dua tahun.
c. Super ego, merupakan struktur kepribadian terakhir
yang muncul kira-kira pada usia lima tahun. Super ego menunjukan pola aturan
yang dalam derajat tertentu menghasilkan kontrol diri melalui sistem imbalan
dan hukuman terinternalisasi. (freud, dalam Brennan, 1991; hal 205-206).
2.1.
Hakekat
Manusia
Manusia
diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk hidup yang paling sempurna, melebihi
ciptaan Tuhan yang lain. Manusia terdiri dari jiwa dan raga yang dilengkapi
dengan akal pikiran serta hawa nafsu. Tuhan menanamkan akal dan pikiran kepada
manusia agar dapat digunakan untuk kebaikan mereka masing - masing dan untuk
orang di sekitar mereka. Manusia diberikan hawa nafsu agar mampu tetap hidup di
bumi ini. Salah satu hakekat manusia lainnya ialah manusia sebagai makhluk
sosial, hidup berdampingan satu sama lain, berinteraksi dan saling berbagi.
3.1. Kepribadian Bangsa
Timur
Manusia mendiami
wilayah yang berbeda dan berada di lingkungan yang berbeda pula. Hal ini
membuat kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan dan kepribadian setiap manusia
suatu wilayah berbeda dengan yang lainnya. Namun secara garis besar terdapat
tiga pembagian wilayah, yaitu : Barat, Timur Tengah, dan Timur.
Kita di
Indonesia termasuk ke dalam bangsa Timur, yang dikenal sebagai bangsa yang
berkepribadian baik. Bangsa Timur dikenal dunia sebagai bangsa yang ramah dan
bersahabat. Orang–orang dari wilayah lain sangat suka dengan kepribadian bangsa
Timur yang tidak individualistis dan saling tolong menolong satu sama lain.
Meskipun begitu, kebanyakan bangsa Timur masih tertinggal oleh bangsa Barat dan
Timur Tengah.
Dalam ilmu
psikologi yang notabanenya berasal dari Barat, banyak mengembangkan
konsep-konsep dan teori mengenai aneka warna isi jiwa, serta metode dan alat
untuk menganalisis dan mengukur secara detail tentang variasi jiwa individu.
Tetapi, tidak terlepas dari itu semua, konsep -konsep tersebut masih kurang
mengembangkan suatu konsep yang berkaitan dengan jiwa individu dan lingkungan
sosial budaya.
Oleh karena
itu, Francis L.K Hsu seorang sarjana Amerika keturunan Cina, mengembangkan
suatu konsepsi tentang jiwa manusia sebagai makhluk sosial budaya, yang ia
sebut sebagai Bagan Psiko-Sosiogram Manusia atau delapan daerah seperti
lingkaran konsentris sekitar diri pribadi.
Keterangan:
Nomor 7 dan 6
disebut sebagai daerah tak sadar dan sub sadar. Tak sadar karena memang sudah
tertanam jauh di dalam diri manusia dan tak mampu disadari bahkan oleh manusia
itu sendiri. Sub sadar karena sewaktu - waktu unsur - unsur yang sudah tertanam
bisa meledak keluar lagi dan mengganggu kebiasaan sehari - hari.
Nomor 5
disebut kesadaran yang tidak dinyatakan. Maksudnya pikiran - pikiran dan gagasan
yang ada disimpan sendiri oleh manusia tersebut dan tidak ada seorang lain pun
yang dapat mengetahuinya. Nomor 4 disebut kesadaran yang dinyatakan. kebalikan
dari nomor 5, ini berarti manusia mengungkapkan kepada orang lain apa yang ada
di pikirannya seperti perasaan, pengetahuan dan sebagainya.
Nomor 3
disebut lingkaran hubungan karib. Di sini manusia memiliki seseorang atau
sesuatu yang dianggap bisa menjadi curahan hati dan tempat untuk meminta
bantuan. Tidak selalu manusia yang lain juga melainkan benda, atau makhluk
hidup lain pun bisa berada pada lingkaran ini. Nomor 2 disebut lingkaran
hubungan berguna. Bisa dianalogikan hubungan antara murid dengan guru, pedagang
dan pembeli.
Nomor 1
disebut lingkaran hubungan jauh yang berarti pikiran dan gagasan manusia
tentang berbagai macam hal. Nomor 0 disebut lingkungan dunia luar yang berarti
tentang pendapat dan pikiran seseorang tentang dunia atau daerah yang belum
pernah dikunjungi atau dijumpai.
4.1.
Definisi Kebudayaan
Kebudayaan
berasal dari kata budaya yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan
akal manusia. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistic.
Definisi Kebudyaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistic.
Definisi Kebudyaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.
5.1.
Unsur
Kebudayaan
Ada beberapa
pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara
lain Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok,
yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan kekuatan politik.
Sedangkan Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi
sistem norma,organisasi ekonomi, alat-alat atau lembaga petugas pendidikan dan
organisasi kekuatan.
·
Kluckhohn di dalam karyanya yang berjudul Universal Categories
of Culture mengemukakan, bahwa ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu:
a. Sistem Religi
Kepercayaan
manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta yang muncul karena kesadaran bahwa
ada zat yang lebih dan Maha Kuasa.
b. Sistem
Organisasi Kemasyarakatan
Sistem yang
muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk yang
paling sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing - masing
antar individu sehingga timbul rasa utuk berorganisasi dan bersatu.
c. Sistem Pengetahuan
Sistem yang
terlahir karena setiap manusia memiliki akal dan pikiran yang berbeda sehingga
memunculkan dan mendapatkan sesuatu yang berbeda pula, sehingga perlu
disampaikan agar yang lain juga mengerti.
d. Sistem Mata Pencaharian Hidup dan Sistem Ekonomi
Terlahir
karena manusia memiliki hawa nafsu dan keinginan yang tidak terbatas dan selalu
ingin lebih.
e. Sistem Teknologi dan Peralatan
Sistem yang
timbul karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan sesuatu yang baru
agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengam makhluk hidup
yang lain.
f. Bahasa
Sesuatu yang
berawal dari hanya sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk
mempermudah komunikasi antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang
dijadikan bahasa universal seperti bahasa Inggris.
g. Kesenian
Setelah
memenuhi kebutuhan fisik manusia juga memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi
kebutuhan psikis mereka sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan.
6.1.
Wujud dan
Komponen Kebudayaan
Menurut
J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga:
a. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia
Kebudayaan
yang muncul dan hidup karena adanya gagasan – gagasan baru, konsep yang matang
serta buah dari pikiran yang kreatif. Wujudnya dapat ditemukan dalam sebuah
buku - buku, arsip dan sebagainya.
b. Kompleks aktivitas
Aktivitas
adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem
sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola
tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
c. Wujud sebagai benda
Aktivitas
manusia sehari - hari umumnya dilakukan dengan menggunakan benda sebagai sarana
dan prasarana. Dari situ lahir kebudayaan dalam bentuk fisik yang konkret, bisa
bergerak maupun tidak.
7.1.
Orientasi Nilai Budaya
Kluckhohn
dalam Pelly (1994) mengemukakan
bahwa nilai budaya merupakan sebuah
konsep beruanglingkup luas yang hidup dalam
alam fikiran sebahagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang
paling berharga dalam hidup. Rangkaian konsep itu satu sama lain saling
berkaitan dan merupakan sebuah sistem nilai - nilai budaya.
Secara
fungsional sistem nilai ini mendorong
individu untuk berperilaku seperti apa yang
ditentukan. Mereka percaya, bahwa hanya
dengan berperilaku seperti itu mereka akan berhasil (Kahl, dalam
Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat secara
emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang, malah merupakan tujuan
hidup yang diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah sistem nilai manusia
tidaklah mudah, dibutuhkan waktu. Sebab, nilai - nilai tersebut merupakan
wujud ideal dari lingkungan sosialnya.
Dapat pula dikatakan bahwa sistem
nilai budaya suatu masyarakat
merupakan wujud konsepsional dari kebudayaan
mereka, yang seolah - olah berada diluar dan di atas para individu warga
masyarakat itu.
Ada lima
masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat ditemukan
secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok
tersebut adalah:
1. Masalah hakekat hidup
2. Hakekat kerja atau karya manusia
3. Hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu
4. Hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar, dan
5. Hakekat dari hubungan manusia dengan manusia
sesamanya.
Berbagai kebudayaan
mengkonsepsikan masalah universal
ini dengan berbagai variasi yang berbeda -
beda. Seperti masalah pertama, yaitu mengenai
hakekat hidup manusia. Dalam banyak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama
Budha misalnya, menganggap hidup itu buruk dan menyedihkan. Oleh karena itu
pola kehidupan masyarakatnya berusaha untuk memadamkan hidup itu guna
mendapatkan nirwana, dan
mengenyampingkan segala tindakan
yang dapat menambah rangkaian hidup kembali (samsara) (Koentjaraningrat,
1986:10). Pandangan seperti ini sangat
mempengaruhi wawasan dan makna kehidupan itu
secara keseluruhan. Sebaliknya banyak kebudayaan yang berpendapat bahwa hidup
itu baik. Tentu konsep - konsep kebudayaan yang berbeda ini berpengaruh pula
pada sikap dan wawasan mereka.
Masalah kedua mengenai hakekat kerja atau karya dalam
kehidupan. Ada kebudayaan yang memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk
kelangsungan hidup (survive) semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja
keras. Akan tetapi ada juga yang menganggap kerja untuk mendapatkan status,
jabatan dan kehormatan. Namun, ada yang berpendapat bahwa kerja untuk
mempertinggi prestasi. Mereka ini berorientasi kepada prestasi bukan kepada
status.
Masalah ketiga mengenai orientasi manusia terhadap
waktu. Ada budaya yang memandang penting masa lampau, tetapi ada yang melihat
masa kini sebagai focus usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh
melihat kedepan. Pandangan yang berbeda dalam dimensi waktu ini sangat
mempengaruhi perencanaan hidup masyarakatnya.
Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional
manusia terhadap alam. Ada yang percaya bahwa alam itu dahsyat dan mengenai
kehidupan manusia. Sebaliknya ada yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan
Yang Maha Esa untuk dikuasai manusia. Akan tetapi, ada juga kebudayaan ingin
mencari harmoni dan keselarasan dengan alam. Cara pandang ini akan berpengaruh
terhadap pola aktivitas masyarakatnya.
Masalah kelima menyangkut hubungan antar manusia.
Dalam banyak kebudayaan hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi berfikir,
cara bermusyawarah, mengambil keputusan dan bertindak. Kebudayaan yang
menekankan hubungan horizontal (koleteral) antar individu, cenderung untuk
mementingkan hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian seperti terlihat dalam
masyarakat - masyarakat eligaterian. Sebaliknya kebudayaan yang menekankan
hubungan vertical cenderung untuk mengembangkan orientasi keatas (kepada
senioritas, penguasa atau pemimpin). Orientasi ini banyak terdapat dalam
masyarakat paternalistic (kebapaan). Tentu saja pandangan ini sangat
mempengaruhi proses dinamika dan mobilitas social masyarakatnya.
Inti permasalahan disini seperti yang dikemukakan oleh
Manan dalam Pelly (1994) adalah siapa yang harus mengambil keputusan. Sebaiknya
dalam system hubungan vertical keputusan dibuat oleh atasan (senior) untuk
semua orang. Tetapi dalam masyarakat yang mementingkan
kemandirian individual, maka keputusan dibuat dan diarahkan
kepada masing - masing individu.
Pola orientasi nilai budaya yang hitam putih tersebut
di atas merupakan pola yang ideal untuk masing - masing pihak. Dalam
kenyataannya terdapat nuansa atau variasi antara kedua
pola yang ekstrim itu yang dapat
disebut sebagai pola transisional. Kerangka Kluckhohn mengenai lima
masalah dasar dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya manusia.
Pengertian Perubahan Kebudayaan
Perubahan kebudayaan adalah suatu
penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dari cara cara masyarakat dalam
memenuhi kebutuhannya. Jadi, perubahan kebudayaan terjadi sesuai dengan
perkembangan masyarakat pendukungnya. Tidak ada dukungan dari masyarakat, maka
tidak akan ada perubahan, baik itu ke arah positif atau negatif.
Selama
hidupnya, setiap manusia (masyarakat dalam arti luas) pasti mengalami
perubahan-perubahan. Apabila misalnya dihubungan dengan definisi kebudayaan yang dipaparkan oleh Taylor seperti yang
sudah saya posting sebelumnya, dimana kebudayaan adalah suatu kompleks yang
meliputi unsur-unsur seperti pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga
masyarakat, maka perubahan itu bisa terjadi melalui unsur - unsur kebudayaan tersebut baik untuk
individu atau masyarakat, baik terjadi secara lambat atau cepat.
Sebagai
contoh, Si A atau masyarakat A, pada tahun 1994 sangat buta sekali dengan dunia
internet. Namun, di tahun 2015 ini hampir 90% masyarakat A sedikit banyak tahu
apa itu internet, manfaat dan mudharatnya. Berdasarkan contoh ini, maka
masyarakat A mengalami perubahan kebudayaan dalam hal ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Dari sedikit
gambaran dan contoh di atas, bentuk-bentuk
perubahan kebudayaan antara lain:
1. Perubahan yang terjadi secara lambat atau dalam istilah lainnya terkenal dengan sebutan
Evolusi. Contoh misalnya adalah evolusi peralatan pada zaman Batu Tua. Di zaman
Batu Tua, peralatan yang digunakan oleh manusia sebagai alat untuk bertahan
hidup, begitu lama bertahan hingga ribuan tahun. Atau kalau di Indonesia adalah
pada masa Kemerdekaan, setelah dijajah selama beratus tahun.
2. Perubahan yang terjadi secara cepat atau dalam istilah ilmiahnya disebut Revolusi. Salah
satu contoh adalah Revolusi Industri
3. Perubahan-perubahan yang memiliki pengaruh kecil. Contoh mode pakaian, tata rambut dan sebagainya.
Kecil disini mengandung arti bahwa, perubahan itu hanya terjadi bagi sebagian
orang saja, tidak menyeluruh.
4. Perubahan yang pengaruhnya besar, misalnya proses industrialisasi masyarakat agraris,
atau untuk lebih gampangnya saya contohkan dengan adanya listrik, telepon,
televisi dan lain sebagainya.
5. Perubahan yang direncanakan atau dikehendaki. Misalnya, dalam arti luas bisa dicontohkan dengan
adanya Repelita yang pernah dijalankan pada masa Orde Baru. Dan dalam arti
sempit, bisa dicontohkan ketika seseorang merencanakan pernikahan. Tentu
setelah nikah, ada perubahan yang terjadi di antara pasangan nikah tersebut
6. Perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak
direncanakan. Contohnya gaya fashion
yang kebarat-kebaratan dengan mengumbar aurat secara vulgar di depan umum yang
bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
9.1.
Kaitan Manusia
Indonesia dan Kebudayaan
Manusia
Indonesia dalam hal kebudayaan saat ini mengalami berbagai rintangan dan
halangan untuk menerima serbuan kebudayaan asing yang masuk lewat Globalisasi
(perluasan cara - cara sosial melalui antar benua). Dalam hal ini teknlogi
informasi dan komunikasi yang masuk ke Indonedia turut merobah cara kebudayaan
Indonesia tersebut, baik itu kebudayaan nasional maupun kebudayaan murni yang
ada di setiap daerah di Indonesia. Dalam hal ini sering terlihat ketidakmampuan
manusia di Indonesia untuk beradaptasi dengan baik terhadap kebudayaan asing
sehingga melahirkan perilaku yang cenderung ke Barat-baratan (westernisasi),
yang menyebabkan terkendala dalam memajukan kebudayaannya sendiri.
·
Hubungan manusia dan kebudayaan
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat berkaitan satu
sama lain. Manusia di alam dunia inimemegang peranan yang unik, dan dapat
dipandang dari berbagai segi. Dalam ilmu sosial manusia merupakan makhluk yang
ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan sering
disebut homo economicus (ilmu ekonomi). Manusia merupakan makhluk sosial yang
tidak dapat berdiri sendiri (sosialofi), Makhluk yang selalu ingin mempunyai
kekuasaan (politik), makhluk yan g berbudaya dan lain sebagainya.
·
Contoh hubungan manusia dan kebudayaan
Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia
sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan
manusia. Tetapi apakah sesederhana itu hubungan keduanya ?
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, clan setclah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak baliwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan - peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya hams patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam terjemahan M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv).
Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu
mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang
ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau
kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya hams menyertakan pembatasan
masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.
·
Pengertian Dialektis
Dialektika disini
berasal dari dialog komunikasi sehari-hari. Ada pendapat dilontarkan ke hadapan
publik. Kemudian muncul tentangan terhadap pendapat tersebut. Kedua posisi yang
saling bertentangan ini didamaikan dengan sebuah pendapat yang lebih lengkap.
Dari fenomen dialog ini dapat dilihat tiga tahap yakni tesis, antitesis dan
sintesis. Tesis disini dimaksudkan sebagai pendapat awal tersebut. Antitesis
yakni lawan atau oposisinya. Sedangkan Sintesis merupakan pendamaian dari
keduanya baik tesis dan antitesis. Dalam sintesis ini terjadi peniadaan dan pembatalan
baik itu tesis dan antitesis. Keduanya menjadi tidak berlaku lagi. Dapat
dikatakan pula, kedua hal tersebut disimpan dan diangkat ke taraf yang lebih
tinggi. Tentunya kebenaran baik dalam tesis dan antitesis masih dipertahankan.
Dalam kacamata Hegel, proses ini disebut sebagai aufgehoben.
Bentuk triadik dari
dialektika Hegel yakni tesis-antitesis-sintesis berangkat dari pemikir-pemikir
sebelum Hegel.
Antinomi Kantian
akan numena dan fenomena menimbulkan oposisi yang tidak
terselesaikan.
Kemudian Fichte dengan metode ”Teori Pengetahuan”-nya tetap memunculkan pertentangan
walaupun sudah melampaui sedikit apa yang dijabarkan oleh Kant.
Dialektika sendiri sudah dikenal dalam pemikiran Fichte. Bagi Fichte,
seluruh isi dunia adalah sama dengan isi kesadaran. Seluruh dunia itu
diturunkan dari suatu asas yang tertinggi dengan cara sebagai berikut: ”Aku”
meng-ia-kan dirinya (tesis), yang mengakibatkan adanya ”non-Aku” yang
menghadapi ”Aku”. ”non Aku” inilah antitesis. Kemudian sintesisnya adalah
keduanya tidak lagi saling mengucilkan, artinya: kebenaran keduanya itu dibatasi,
atau berlakunya keduanya itu dibatasi. ”Aku” menempatkan ”non-Aku yang dapat
dibagi-bagi” berhadapan dengan ”Aku yang dapat dibagi-bagi”.
Dalam sistem filsafatnya, Hegel menyempurnakan Fichte. Hegel memperdalam
pengertian sintesis. Di dalam sintesis baik tesis maupun antitesis bukan
dibatasi (seperti pandangan Fichte), melainkan aufgehoben. Kata Jerman ini
mengandung tiga arti, yaitu: a) mengesampingkan, b) merawat, menyimpan, jadi
tidak ditiadakan, melainkan dirawat dalam suatu kesatuan yang lebih tinggi dan
dipelihara, c) ditempatkan pada dataran yang lebih tinggi, dimana keduanya
(tesis dan antitesis) tidak lagi berfungsi sebagai lawan yang saling
mengucilkan. Tesis mengandung di dalam dirinya unsur positif dan negatif. Hanya
saja di dalam tesis unsur positif ini lebih besar. Sebaliknya, antitesis
memiliki unsur negatif yang lebih besar. Dalam sintesislah kedua unsur yang
dimiliki tesis dan antitesis disatukan menjadi sebuah kesatuan yang lebih
tinggi.
Dialektika juga dimaksudkan sebagai cara berpikir untuk memperoleh
penyatuan (sintesis) dari dua hal yang saling bertentangan (tesis versus
antitesis). Dengan term aufgehoben, konsep ”ada” (tesis) dan konsep ”tidak
ada” (antitesis) mendapatkan bentuk penyatuannya dalam konsep ”menjadi”
(sintesis). Di dalam konsep ”menjadi”, terdapat konsep ”ada” dan ”tidak ada”
sehingga konsep ”ada” atau ”tidak ada” dinyatakan batal atau ditiadakan.
Dialektika menjadi sebuah perkembangan Yang Absolut untuk bertemu dengan
dirinya sendiri. Ide yang Absolut merupakan hasil perkembangan. Konsep-konsep
dan ide-ide bukanlah bayangan yang kaku melainkan mengalir. Metode dialektika
menjadi sebuah gerak untuk menciptakan kebaruan dan perlawanan. Dengan tiga
tahap yakni tesis, antitesis dan sintesis setiap ide-ide, konsep-konsep (tesis)
berubah menjadi lawannya (antitesis). Pertentangan ini ”diangkat” dalam satu
tingkat yang lebih tinggi dan menghasilkan sintesis. Hal baru ini (sintesis)
kemudian menjadi tesis yang menimbulkan antitesis lagi lalu sintesis lagi.
Proses gerak yang dinamis ini sampai akhirnya melahirkan suatu universalitas
dari gejala-gejala. Itulah Yang Absolut yang disebut Roh dalam filsafat Hegel.
Bagi Hegel, unsur pertentangan (antitesis) tidak muncul setelah kita
merefleksikannya tetapi pertentangan tersebut sudah ada dalam perkara itu
sendiri. Tiap tesis sudah memuat antitesis di dalamnya. Antitesis terdapat di
dalam tesis itu sendiri karena keduanya merupakan ide yang berhubungan dengan
hal yang lebih tinggi. Keduanya diangkat dan ditiadakan (aufgehoben) dalam
sintesis.
Kenyataan menjadi dua unsur bertentangan namun muncul serentak. Hal
ini tidak dapat diterima oleh Verstandyang bekerja berdasakan skema-skema
yang ada dalam menangani hal-hal yang khusus. Vernunft-lah yang dapat
memahami hal ini. Vernunft melihat realitas dalam totalitasnya dan
sanggup membuat sintesis dari hal-hal yang bertentangan. Identifikasi sebagai
realitas total menjadi cara kerja Vernunft yang mengikuti prinsip
dialektika.
Secara umum dapat kita lihat bahwa dialektika Hegel memiliki tiga aspek
yang perlu diperhatikan. Pertama, sistem dialektika ini berbentuk tripleks atau
triadik. Kedua, dialektika ini bersifat ontologis sebagai sebuah konsep.
Aplikasinya adalah terhadap benda dan benduk dari ada dan tidak sebatas pada
konsep. Ketiga, dialektika Hegel memiliki tujuan akhir (telos) di dalam konsep
abstrak yang disebut Hegel sebagai Idea atau Idea Absolut dan konkretnya pada Roh
Absolut atau Roh (Spirit, Geist).
Terdapat tiga elemen esensial akan dialektika Hege. Pertama, berpikir itu
memikirkan dalam dirinya untuk dan oleh dirinya sendiri. Kedua, dialektika
merupakan hasil berpikir terus menerus akan kontradiksi. Ketiga, kesatuan
kepastian akan kontradiksi tersublimasi di dalam kesatuan. Itulah kodrat akan
dirinya dialektika itu sendiri.
·
Tiga tahap proses dialektis
Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu :
1.
Ekstemalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan
membangun dunianya. Melalui ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan
buatan manusi
2.
Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif,
yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia.
Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi
bahkan membentuk perilaku manusia.
3.
Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia.
Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakamya sendiri agar dia dapat
hidup dengan .baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh
masyarakat.
Sumber:
1. https://sanusiadam79.wordpress.com/2013/03/14/manusia-dan-kebudayaan/
2.https://wirasaputra.wordpress.com/2011/10/13/nilai-budaya-sistem-nilai-dan-orientasi-nilai-budaya/
3.http://historikultur.blogspot.co.id/2015/10/perubahan-kebudayaan-dan-bentuknya.html
4. http://adityo93.blogspot.co.id/2012/06/kaitan-manusia-dan-kebudayaan.html
Komentar
Posting Komentar