TUGAS 2 SOFTSKILL "PEMUDA DAN SOSIALISASI"
PEMUDA
DAN SOSIALISASI
1
1. Internalisasi
Belajar dan Spesialisasi
Sebelum membicarakan internalisasi
belajar dan spesialisasi, baiklah kami kutip sebuah artikel yang dimuat pada
harian kompas, hari Senin, tanggal 11 Februari 1985, sebagai berikut :
Masa remaja adalah masa transisi dan
secara psikologis sangat problematis,
masa ini memungkinkan mereka berada dalam anomi (keadaan tanpa norma atau
hukum, Red akibat kontradiksi norma maupun orientasi mendua. Dalam kecenderungan
melakukan pelanggaran. Kondisi ini juga memungkinkan mereka menjadi sasaran
pengaruh media massa.
a) ORIENTASI
MENDUA
Sedangkan mengenai orientasi mendua,
menurut Dr. Male, adalah orientasi yang bertumpu pada harapan orang tua,
masyarakat dan bangsa yang sering bertentangan dengan keterkaitan serta
loyalitas terhadap peer (teman sebaya), apakah itu dilinkungan belajar
(sekolah) atau diluar sekolah.
b) PERAN MEDIA MASSA
Menurut Zulkarimen Nasution, dewasa ini
tersedia banyak pilihan isi informasi. Dengan demikian, kesan semakin permisifnya
masyarkat juga tercermin pada isis media yang beredar . sementara masa remaja
yang merupakan periode perahlian dari masa kanak - kanak menuju masa dewa,
ditandai beberapa ciri. Pertama, keinginan memenuhi dan menyatakan identitas
diri. Kedua., kemampuan melepas diri dari ketergantungan orang tua. Ketiga,
kebutuhan memperoleh akseptabilitas ditengah sesama remaja.
Ciri - ciri ini menyebabkan
kecenderungan remaja melahap begigtu saja arus informasi yang serasi dengan
selera dan keinginan mereka. Zulkarimen
juga mengamati, para tetua yag tadinya berfungsi sebagai penapis knformasi atau
pemberi rekomendasi terhadap pesan - pesan yang diterima kini tidak berfungsi
sebagai sediakala.
c) PERLU DIKEMBANGKAN
Arif Gosita SH yang berbicara mengenai
kecenderungan – kecenderungan relasi orang tua dan remaja (KROR) mnyatakan KROR
positif merupakan faktor pendukung hubungan orang tua dan remaja yang edukatif.
Sedangkan yang negative merupakan faktor yang tidak mendukung karena bersifat
destruktif dan konfrontatif.
Didalam proses identifikasi dengan
kelompok social serta norma - normanya itu tidak senantiasa seorang
mengindentifikasikan dengan kelompok tempat ia sedang menjadi anggota secara
resmi.
2. Pemuda
dan Identitas
Pemuda adalah suatu generasi yang
dipundaknya terbebani bermacam - macam harapan, terutama dari generasi ke
generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai
generasi penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi
sebelumnya, generasi yang harus mengisi dan melangsungkan estafet pembangunan
secara terus menerus.
Proses sosialisasi generasi muda adalah
suatu proses yang sangat menentukan kemampuan diri pemuda untuk menselaraskan
diri ditengah - tengah kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu pada tahapan
pengembangan dan pembinaannya, melalui proses kemtangan dirinya dan belajar
pada berbagai media sosialisasi yang ada dimasyarakat, seorang pemuda harus
mampu menseleksi berbagai kemungkinan yang ada sehingga mampu mengendalikan
diri dalam hidupnya di tengah – tengah masyarakat, dan tetap mempunyai motivasi
social yang tinggi.
Pemuda merupakan manusia yang masih muda
dan masih membutuhkan pembimbing dari orang yang lebih tua. Proses kehidupaan
yang dialami pemuda baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat ini
sangat berpengaruh terhadap terbentuknya jiwa, mental dan kepribadian seorang
pemuda. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pemuda untuk menjadi pemuda
generasi bangsa yang baik, salah satunya pengaruh globalisasi yang menjadikan
pemuda perubahan karakter pada jiwa pemuda. Sebagai pemuda dan calon
penerus generasi bangsa, dalam diri kita perlu ditanamkan jiwa pemuda yang
peduli terhadap masyarakat, lingkungan, dan negara. Agar terbentuk
pemuda-pemuda yang berkualitas dibutuhkan peranan pemerintah dalam mendukung program-program
yang dijalankan para pemuda. Memberikan fasilitas pendidikan yang merata
diseluruh wilayah bangsa, memberikan jaminan/beasiswa bagi pemuda yang
mempunyai prestasi, talenta, kemampuan dan kreatifitas.
Dalam kehidupan bermasyarakat perlu
melibatkan para pemuda agar karakter mereka dapat terbentuk dengan baik.
Dikarenakan dengan melibatkan para pemuda dalam kegiatan - kegiatan
dimasyarakat akan muncul bibit-bibit baru sebagai calon penerus orang
pendahulunya. Maksud dan tujuan dari sosialisasi sendiri yaitu ketika pemuda
mendapatkan tugas, tanggung jawab, dan kepercayaan dia mampu mejalankannya
dengan baik. Dari situlah akan ada banyak penilain dari orang lain secara
personal dalam diri pemuda tersebut. Dikatakan sudah dewasa apabila seorang
tersebut sudah menginjak usia 18-30 tahun, dikarenakan pada umur tersebut dia
sudah mulai berfikir dewasa dan sudah mengerti dan dapat membedakan hal yang
baik dan kurang baik.
Pemuda merupakan satu identitas yang
potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sebagai insani bagi
pembangunan Negara, Bangsa, dan Agama. Selain itu pemuda/mahasiswa mempunyai
peran sebagai pendekar intelektual dan sebagai pendekar sosial yaitu bahwa para
pemuda selain mempunyai ide-ide atau gagasan yang perlu dikembangkan selain itu
juga berperan sebagai perubah negara dan bangsa ini. Oleh siapa lagi kalau
bukan kita sebagai generasi pemuda harus mempunyai ilmu yang tinggi dengan cara
sekolah, atau dengan yang lainnya dengan begitu bangsa ini akan maju, aman,
sentosa, dan mampu bersaing dengan negara - negara lainnya.
3. Perguruan
dan Pendidikan
A. Mengembangkan
potensi generasi muda
Jika pada abad ke 20 Planet Bumi dihuni
oleh mayoritas penduduk berusia muda, dengan perkiraan berusia 17 tahunan,
tentu akan menimbulkan beberapa pertanyaan. Dua diantara deretan pertanyaan
yang muncul adalah:
1. Apakah
generasi muda itu telah mendapat kesempatan mengenyam dunia pendidikan dan keterampilan sebagai modal
utama bagi insan pembangunan?
2. Sampai
dimana penyelengaraan pendidikan formal dan non formal berperan bagi
pembangunan, terutama bagi negara - Negara yang sedang berkembang?
B. Pendidikan
dan Perguruan Tinggi
Namun demikian tidak dapat disangkal bahwa kualitas
sumber daya manusia merupakan faktor yang sanat menentukkan dalam proses
pembangunan, tetapi sekaligus juga merupakan subyek pembangunan. Sebagai subyek
pembangunan maka setiap orang harus terlibat secara aktif dalam proses
pembangunan; sedangkan sebagai obyek, maka hasil pembangunan tersebut harus
bisa dinikmati oleh setiap orang.
Sosialisasi Pemuda
Melalui
proses sosialisasi, seorang pemuda akan terwarnai cara berpikir dan
kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan
dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana
ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya.
Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan
beradab. Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk.
Dalam hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu
melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara
berpikir kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota
masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial.
Proses
sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial
yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan
norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada
soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh
karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang.
Kedirian (self) sebagai suatu prosuk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap
diri sendri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran
terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai
kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :
- Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah memperhatikan cara orang lain memandang dan memperlakukan dirinya. Misalnya ia tidak disukai, tidak dihargai, tidak dipercaya; atau sebaliknya, ida disayangi, baik budi dandapt dipercaya
- Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar memperoleh penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial.
Bertitik
tolak dari pengertian pemuda, maka sosialisasi pemuda dimulai dari umur 10
tahun dalam lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, dan jalur organisasi formal
atau informal untuk berperan sebagai mahluk sosial, mahluk individual bagi
pemuda.
Proses
sosialisasi juga adalah proses pembentukan sikap loyalitas sosial. Loyalitas
sosial atau kesetiaan sosial adalah perkembangan dari sikap saling menerima dan
saling memberi kearah ang lebih baik. Kita sangat mudah melihatnya pembentukan
kesetiaan sosial ini adalah dalam keluarga. Setiap anggota keluarga selalu
setia sesamanya. Di dalam kelompok dan masyarakat juga kesetiaan sosial ini
berkembang, sebagai dasar kesatuan dan persatuan dalam masyarakat. Dengan kata
lain kesetianan sosial berkembang mulai dari kelompok yang sederhan hingga
kelompok yang lebih luas.
Ada
minimal tiga hal yang harus dilakukan agar tumbuh dan kembangnya sikap
loyalitas sosial ini yakni :
Pertama
kita harus saling berkomunikasi baik dalam keadaan berdekatan ataupun dalam
keadaan berjauhan (tempat tinggal). Dengan komunikasi yang teratur kita akan
saling mengetahui kabar dan berita di antara kita. Sakit atau senang diantara
kita dapat dengan cepat kita mengetahuinya.
Kedua,
sering bekerja sama menyelesaikan berbagai persoalan hidup. Misalnya bergotong
royang atau melakukan arisan. Kerja sama dapat saja dilakukan dalam kelompok
kecil(minimal dua orang) atau pun dalam kelompok yang besar (yang jumlah
anggotanya banyak).
Ketiga,
dalam kehidupan atau pergaulan sesama kita, sikap tolong menolong harus
dikembangkan. Berbagai kesulitan hidup yang kita alami pantas kita minta tolong
kepada orang lain atau teman. Begitu pula sebaliknya bila kawan kita yang
mengalami kesusahan wajib pula kita membantunya. Tentu saja dasarnya adalah
suka saling menerima dan memberi.
Menurut
George Herbert Mead, sosialisasi yang dialami seseorang dapat dibedakan dalam
tahap-tahap sebagai berikut.
1. Tahap persiapan (Preparatory
Stage) Tahap ini dialami manusia sejak dilahirkan, ketika seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Contoh: Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita. Makna kata tersebut juga belum dipahami dengan tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata “makan” tersebut dengan cara menghubungkannya dengan kenyataan yang dialaminya.
2.Tahap meniru (Play Stage)
Tahap
ini ditandai dengan:
1. Semakin sempurnanya seorang
anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa.
2. Mulai terbentuk kesadaran
tentang nama diri dan siapa nama orang tua, kakak, dan sebagainya.
3. Anak mulai menyadari tentang
apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari
anak.
Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang
lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial
manusia berisikan banyak orang. Sebagian dari orang tersebut merupakan
orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan pertahanan diri,
yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai (Significant other).
3. Tahap siap bertindak (Game
Stage)
Peniruan
yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara
langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan
diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya
kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan
untuk bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi
semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan
dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di
luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu,
anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
4. Tahap penerimaan norma kolektif
(Generalized Stage)
Pada
tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya
pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa
tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan
masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan
bekerja sama bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap.
Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat
dalam arti sepenuhnya.
Tujuan
Pokok Sosialisasi
- Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
- Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya.
- Pengendalian fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
- Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya.
Peranan
Pemuda Dalam Pembangunan Masyarakat, Bangsa dan Negara
Dalam
hubungannya dengan sosialisasi geenerasi muda khususnya mahasiswa telah
melaksanakan proses sosialisasi dengan baik dan dapat dijadikan contoh untuk
generasi muda, mahasiswa pada khususnya pada saat ini.
Proklamasi
kemerdekaan 17 agustus 1945 ternyata perlu ditebus dengan pengorbanan yang
tinggi. Oleh karena segera setelah proklamasi pemuda Indonesia membentuk
organisasi yang bersifat politik maupun militer, diantaranya KAMI (Kesatuan
Aksi Mahasiswa Indonesia) yang didirikan oleh mahasiswa dalam sejarah
perjuangan bangsa Indonesia.
KAMI
menjadi pelopor pemdobrak kearah kehidupan baru yang kemudian dikenal dengan
nama orde baru (ORBA). Barang siapa menguasai generasi muda, berarti menguasai
masa depan suatu bangsa, demikian bunyi suatu pepatah. Berarti masa depan suatu
bangsa itu terletak ditangan generasi mudas.
Kalau dilihat lebih mendalam, mahsiswa pada garis besarnya mempunyai peranan sebagai :
Kalau dilihat lebih mendalam, mahsiswa pada garis besarnya mempunyai peranan sebagai :
- Agent of change
- Agent of development
- Agent of modernization
Sebagai
agent of change, mahasiswa bertugas untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam
masyarakat kearah perubahan yang lebih baik. Sedangkan agent of development,
mahasiswa bertugas untuk melancarkan pembangunan di segala bidang, baik yang
bersifat fisik maupun non fisik.Sebagai agent of modernization, mahasiswa
bertugas dan bertindak sebagai pelopor dalam pembahruan.
Potensi
- Potensi Generasi Muda
Potensi-potensi
yang terdapat pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut
:
- Idealisme dan daya kritis
Secara
sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada, sehingga ia dapat
melihat kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari gagasan baru.
Pengejawantahan idealisme dan daya kritis perlu dilengkapi landasan rasa
tanggung jawab yang seimbang.
- Dinamika dan kreativitas
Adanya
idealisme pada generasi muda, menyebabkan mereka memiliki potensi kedinamisan
dan kreativitas, yakni kemampaun dan kesediaan untuk mengadakan perubahan,
pembaharuan, dan penyempurnaan kekurangan yang ada ataupun mengemukakan gagasan
yang baru.
- Keberanian mengambil resiko
Perubahan
dan pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung resiko dapat meleset,
terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko itu diperlukan jika ingin
memperoleh kemajuan. Generasi muda dapat dilibatkan pada usaha-usaha yang
mengandung resiko. Untuk itu diperlukan kesiapan pengetahuan, perhitungan, dan
keterampilan dari generasi muda sehingga mampu memberi kualitas yang baik untuk
berani mengambil resiko.
Pengembangan
Potensi Generasi Muda
Generasi
muda memiliki peranan penting dalam memajukan dan meningkatkan pembangunan.
Begitu banyak potensi yang dimiliki oleh generasi muda, mereka mampu berkarya
dan berekspresi dengan bebas, tetapi masih dalam lingkup yang sewajarnya dan
tidak menyalahi aturan. Pengembangan potensi tersebut dapat dimulai dari
lingkungan keluarga, orang tua dapat mengembangkan potensi anak mereka sejak
berusia balita, orang tua dapat mengarahkan apa dan kemana potensi yang
dimiliki oleh anak mereka sehingga lahirlah generasi muda yang memiliki potensi
sesuai minat masing-masing anak.
Generasi
muda dapat mengembangkan potensi mereka melalui hoby atau kesenangan
masing-masing, contohnya jika anak menyukai musik maka ia bisa mengembangkan
potensinya dengan membuat sebuah band atau mengikuti kursus bermain musik
sehingga potensi anak tersebut redup tanpa ada perkembangan.
Potensi
generasi muda juga dapat membangun rasa bangga pada diri sendiri. Keluarga dan
negara juga merasa bangga atas potensi yang dimiliki oleh anggota keluarga atau
sebagai masyarakat. Tapi bagaimana jika generasi muda saat ini mengisi hari
mereka dengan hanya menghabiskan uang orang tua dengan membeli barang-barang
yang tidak terlalu dibutuhkan, Sex di luar nikah, penyalahgunaan obat narkotika
tak dapat dihindari, mabuk-mabukan (minum-minuman keras), dan masih banyak lagi
hal-hal lain yang sangat menyedihkan. Disinilah peran orang tua sangat
dibutuhkan orang tua dapat mengarahkan sejak dini kemana arah yang paling tepat
dan baik untuk perkembangan anak mereka sehingga generasi muda dapat memiliki
potensi yang sangat berguna bagi nusa dan bangsa.
Di
negara-negara maju, salah satu di antaranya adalah Amerika Serikat, para
mahasiswa sebagai bagian generasi muda, didorong, dirangsang dengan berbagai
motivasi dan dipacu untuk maju dalam berlomba menciptakan suatu ide / gagasan
yang harus diwujudkan dalam suatu bentuk barang, dengan berorientasi pada
teknologi mereka sendiri.
Masalah
- Masalah Generasi Muda
Generasi
muda dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya menghadapi berbagai
permasalahan yang perlu diupayakan penanggulangannya dengan melibatkan semua
pihak. Permasalahan umum yang dihadapi oleh generasi muda di Indonesia dewasa
ini antara lain sebagai berikut :
- Menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme dikalangan masyarakat, termasuk jiwa pemuda.
- Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
- Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik formal dan informal. Tinggimya jumlah putus sekolah yang tidak hanya merugikan generasi muda sendiri, tetapi juga merugikan bangsa.
- Kekurangan lapangan dan kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran dikalangan generasi muda mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.
- Kurangnya gizi yang menghambat perkembangan kecerdasan, dan pertumbuhan.
- Masih banyaknya perkawinan dibawah umur.
- Penyalahgunaan Obat Narkotika dan Zat Adiktif lainnya yang merusak fisik dan mental bangsa.
- Masih adanya anak-anak yang hidup menggelandang.
- Pergaulan bebas diantara muda-mudi yang menunjukkan gejala penyimpangan perilaku (Deviant behavior).
- Masuknya budaya barat (Westernisasi Culture) yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita yang dapat merusak mental generasi muda.
- Masih merajalelanya kenakalan remaja dan permasalahan lainnya. Permasalahan tersebut akan berkembang seiring dengan perkembangan jaman apabila tidak diupayakan pemecahannya oleh semua pihak termasuk organisasi masyarakat, diantaranya KARANG TARUNA .
Faktor
Penyebab Permasalahan Pemuda
- Kurang dalam mengendalikan diri
Dalam
hal ini kita melibatkan keluarga karena keluarga merupakan tempat awal seorang
remaja membentuk karakter . Disini peran orang tua sangat mempengaruhi
perkembangan remaja dalam mengendalikan diri , orang tua bukan hanya memberikan
penjelasan tentang nilai sosial (baik buruknya suatu perbuatan) tapi juga
memberikan suatu contoh perbuatan yang dapat dicontoh oleh remaja tersebut
sehingga ketika remaja sudah berada dilingkup sosial yang lebih luas contohnya
masyarakat, remaja tersebut akan terbiasa melakukan sama seperti apa yang
dicontohkan oleh orang tuanya .
- Kurang masa bersama keluarga
Meluangkan
waktu sejenak untuk berkumpul bersama keluarga merupakan hal kecil yang
mempengaruhi perkembangan remaja diluar karena pada saat seperti inilah
masing-masing anggota keluarga menceritakan masalah kepada orang tua atau orang
yang lebih tua didalam keluarga tersebut demi mendapat sebuah solusi yang benar
. Karena banyak faktor remaja melakukan hal negatif adalah karena jarangnya
meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga dengan alasan orang tua
bekerja dan sibuk dengan urusan lain, jika didiamkan begitu saja remaja tidak
mendapat teman untuk menceritakan masalah yang dihadapinya sehingga remaja
mencari jalan keluarnya sendiri yang menurutnya benar dan tak jarang dari
keputusan itulah dapat mengorbankan orang lain .
- Masalah ekonomi keluarga
Keluarga
miskin mungkin tidak memiliki kemampuan untuk menyediakan pendidikan sempurna
kepada anak. Makanan dan minuman , tempat kediaman serta kesehatan yang
memadai. Faktor inilah yang mendorong remaja untuk mengambil sesuatu yang bukan
haknya atau mencuri milik orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dan hal ini
akan terus meningkat ke arah yang lebih ekstrim jika dibiarkan seperti
menghilangkan nyawa orang lain demi suatu hal yang diinginkannya .
Usaha
Menanggulangi Permasalahan Pemuda
Cara
yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu orang tua
harus sering menasehati, memberi bimbingan, dan memberi pengarahan kepada
anaknya agar menjadi pemuda yang mudah bersosialisasi dan bisa hidup mandiri
tanpa upaya dan dana orang tuanya. Hal ini bergantung pada diri pemuda itu
sendiri. Jika menurut mereka nasehat tersebut dapat membantu untuk mengatasi
permasalahannya, maka mereka akan melakukannya. Dan jika mereka tidak
membutuhkan nasehat, maka mereka tidak akan melakukannya. Tetapi pemuda yang
baik adalah pemuda yang selalu mendengarkan nasehat – nasehat yang baik dari
orang tuanya.
Setelah
memberi tanggapan untuk mengatasi permasalahan.pemuda dalam generasi nasional,
diharapkan pemuda – pemuda dapat meningkatkan sikap kedewasaannya dalam hal
ekonomi dan psikologi. Masyarakat pun akan bangga. Begitu pun bagi orang tua,
akan merasa bangga. Karena mereka memiliki anak yang baik dan bisa diandalkan
sebagai penerus bangsa. Dan semoga hal ini lebih baik lagi di masa mendatang.
Perguruan
dan Pendidikan
Arti
penting dari pendidikan adalah sebagai upaya untuk terciptanya kualitas sumber
daya manusia, sebagai prasarat utama dalam pembangunan. Suatu bangsa akan
berhasil dalam pembangunannya secara ‘self propelling’ dan tumbuh menjadi
bangsa yang maju apabila telah berhasil memenuhi minimum jumlah dan mutu
(termasuk relevansi dengan pembangunan) dalam pendidikan penduduknya.
Modernisasi Jepang agaknya merupakan contoh prototipe dalam hubungan ini.
Masalah
pendidikan bukan saja masalah pendidikan formal, tetapi pendidikan membentuk
manusia-manusia membangun. Dan untuk itu diperlukan kebijaksanaan terarah dan
terpadu di dalam menangani masalah pendidikan ini. Rendahnya produktivitas
rata-rata penduduk, banyaknya jumlah pencari kerja, “Under utilized
population”, kurangnya semangat kewiraswastaan, merupakan hal-hal yang
memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh.
Sebab
hal itu semua akan berarti belum terlepasnya Indonesia dari belenggu
keterbelakangan dan kemiskinan sebagaimana diharapkan pendidikan yang dapat
mengembangkan semangat “inner will peningkatan kemampuan diri dan bangsa” yang
terpencar dalam pembangunan pendidikan mental, intelektuan dan profesional bagi
seluruh penduduk dan pemuda Indonesia.
Sebagai
satu bangsa yang menetapkan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan negara
Indonesia, maka pendidikan nasional yang dibutuhkan adalah pendidikan dengan
dasar dan dengan tujuan menurut Pancasila. Dalam implementasinya, pendidikan
tersebut diarahkan menjadi pendidikan pembangunan, satu pendidikan yang akan
membina ketahanan hidup bangsa, baik secara fisik maupun secara ideologis dan
mental. Melalui pendidikan itu diharapkan bangsa Indonesia akan mampu
membebaskan diri dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangan, melalui suatu
alternatif pembangunan yang lebih baik, serta menghargai kemajuan yang antara
lain bercirikan perubahan yang berkesinambungan.
Untuk
itu maka diperlukan adanya perubahan - perubahan secara mendasar dan mendalam
yang menyangkut persepsi, konsepsi serta norma - norma kependidikan dalam
kaitannya dengan cita-cita bermasyarakat Pancasila. Dalam hal ini kiranya
pemerintah telah cukup berhasil dalam menegakkan landasan-landasan ideal serta
landasan koseptual terhadap pembaharuan pendidikan menuju sistem pendidikan
nasional yang tepat arah dan tepat guna.
Contoh kasus : "PEMUDA DAN SOSIALISASI"
Kasus
- Kasus Seks Bebas Pelajar Dalam Tiga
Bulan Terakhir
Razia dilakukan karena adaya laporan masyarakat yang
diduga dijadikan tempat mesum. Alhasil, masyarakat dibuat tercengang dengan
ditangkapnya tiga pasang remaja berbugil ria sedang asyik menonton situs porno
di tiga ruangan yang disekat - sekat. Kasus
- kasus seks pelajar sebelumnya juga pernah
terungkap pada 19 Oktober, Polres Kota Tobelo, Halmahera Utara (Halut)
menangkap empat remaja yang sedang membuat video mesum di salah satu rumah kost
di kawasan Desa MKCM Tobelo.
Lebih
memiriskan lagi para remaja yang membuat film layak sensor itu, ternyata masih
tercatat sebagai siswa-siswi sebuah SMP ternama di Kota Tobelo.
Pada 23 September, sepasang pelajar kepergok mesum dengan
teman wanitanya yang masih berpakain seragam sekolah di sebuah bilik warung
internet (warnet). Dua pelajar
yang tertangkap basah sedang bermesraan tersebut, merupakan siswa salah satu
SMA yang ada di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur (Jatim).
Pada 21 September, sepasang pelajar digerebek warga
ketika sedang melakukan hubungan suami istri di rumah kos, Jalan Bawang Putih,
Kelurahan Bandar Sakti, Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi. Guna pemeriksaan,
kedua pelajar tersebut lalu diboyong warga ke Mapolres Tebing Tinggi. Pada 9 September, sepasang pelajar SMK
swasta ditangkap polisi kepergok sedang berbuat mesum di salah satu bilik
warnet di Dukuh Lemah Putih, Geneng, Miri, Jawa Tengah.
Kesimpulan :
Menurut pendapat saya materi kasus ini. Sebagai satu bangsa yang menetapkan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan negara Indonesia, maka pendidikan nasional yang dibutuhkan adalah pendidikan dengan dasar dan dengan tujuan menurut Pancasila. Untuk itu maka diperlukan adanya perubahan - perubahan secara mendasar dan mendalam yang menyangkut persepsi, konsepsi serta norma - norma kependidikan dalam kaitannya dengan cita-cita bermasyarakat Pancasila, serta landasan koseptual terhadap pembaharuan pendidikan menuju sistem pendidikan nasional yang tepat arah dan tepat guna. Seseorang menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah - tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk.
Sumber :
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/mkdu_isd/bab4-pemuda_dan_sosialisasi.pdf
http://computeraddict13.blogspot.co.id/2013/12/isd-bab-xi-contoh-kasus.html
Komentar
Posting Komentar